Makin Akrab! Begini Tradisi Megibung, Makan Bersama Khas Karangasem

Jakarta - Bali memiliki tradisi makan yang unik. Sajiannya mirip seperti ngeliwet, namun tradisi megibung ini sudah ada sejak abad 17 dan masih dilestarikan hingga kini.

Megibung atau bersantap gaya banjar termasuk salah satu tradisi makan bersama yang populer. Kini jadi istilah makan bersama di Bali. Megibung bisa dilakukan di rumah hingga balai banjar jika jumlah tamu besar.

Megibung berasal dari kata gibung. Gibung diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang, dimana saling berbagi satu dan lainnya. Saat megibung, orang-orang akan duduk makan bersama sambil berbagi cerita hingga bersenda gurau.

Menurut sejarahnya, tradisi makan bersama ini sering dilakukan ketika sedang upacara keagamaan, adat ataupun kegiatan sehari-hari. Misalnya saja saat pernikahan, perayaan pura, acara tiga bulanan, ngaben hingga Maulid Nabi. Hanya saja, lauk yang disajikan berbeda-beda untuk setiap acara.

Makin Akrab! Begini Tradisi Megibung, Makan Bersama Khas KarangasemGaya makan asyik pake tangan di atas alas daun pisang. Foto: iStock

Tradisi makan ini pertama kali diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Saat itu, dirinya sedang melakukan perjalanan untuk menaklukan raja-raja di Lombok.

Baca juga: Megibung, Tradisi Makan Bersama Khas Karangasem yang Berlangsung Sejak Abad 17

Ketika sedang beristirahat dari peperangan, raja memerintahkan prajurit untuk makan bersama dalam posisi melingkar. Ini dilakukan untuk meningkatkan motivasi prajurit agar tetap berjuang dan pantang menyerah. Konon, rajapun ikut serta dalam makan bersama dengan prajurit-prajuritnya.

Kini, megibung yang dilakukan dalam sebuah acara diperuntukkan untuk menambah jalinan keakraban serta kekeluargaan.

Makin Akrab! Begini Tradisi Megibung, Makan Bersama Khas KarangasemSajian nasi lengkap dengan lauk khas Bali. Foto: Dok. detikFood

Secara tradisi, tamu membentuk kelompok yang berisi 5-8 orang dengan duduk bersila. Tiap kelompok dipimpin oleh pepara yang bertugas menuang nasi dan lauk dalam wadah. Makanan yang disajikan adalah sate, lawar, komoh, gegubah atau pepesan dan ada juga daging ayam, kambing ataupun sapi.

Ikut dalam megibung ternyata ada etika yang perlu diperhatikan. Ketika sedang makan bersama tidak boleh menjatuhkan sisa makanan dari mulut ke atas nampan, tidak bersin, tidak mengambil makanan orang sebelah dan sisa-sisa dibuat di atas daun pisang yang telah disediakan.

Megibung diakhiri ketika semua kelompok telah selesai makan dan mencuci tangan. Barulah semua meninggalkan tempat sebagai lambang kebersamaan.

Baca juga: Bancakan, Tradisi Makan Bersama Masyarakat Jawa Barat (lus/odi)

0 Response to "Makin Akrab! Begini Tradisi Megibung, Makan Bersama Khas Karangasem"

Posting Komentar