Meski mayoritas penduduk Bali menganggap sapi sebagai hewan suci. Namun di sana ada jenis sapi populer untuk konsumsi. Bali pun menjadi salah satu penghasil daging sapi di Indonesia.
Kabarnya sapi Bali merupakan hasil domestikasi banteng yang sudah dijinakkan dan mengalami beberapa perubahan. Sapi itu dibiarkan merumput dengan bebas. Sehingga membuat sapi tidak stres dan menghasilkan daging yang empuk.
Chef Ragil Imam Wibowo menggunakan sapi Bali di restorannya, NUSA Indonesian Gastronomy. Ia menjelaskan namanya sapi Bali karena spesifik sapi dari Bali dan banyak ditemui di sana. Penyebarannya sudah meluas ke berbagai wilayah, terutama bagian Indonesia Timur.
|
"Yang dibilang sapi Bali ini punya kulit eksotis warna cokelat, pantat berwarna putih. Tapi sebenarnya kalau kita lihat lebih jauh lagi, semua sapi yang ada di Indonesia Timur bentuknya seperti ini. Kenapa dibilang sapi Bali mungkin karena banyak turis yang melihatnya di Bali. Kalau untuk chef karena tahunya sapi ada di Bali," Chef Ragil menjelaskan saat ditemui di NUSA Indonesian Gastronomy (21/10).
Daging sapi Bali memiliki warna yang masih lebih merah dibanding sapi biasa saat dilihat langsung. Chef Ragil menyampaikan bahwa daging sapi yang bagus itu memang yang berwarna merah.
Menurut Chef Ragil pribadi, sapi Bali ini termasuk salah satu sapi di Indonesia yang ternaknya (breed) paling lama ada di sini.
"Kalau dibanding sapi-sapi Brahman Cross, mungkin ini yang paling lama. Dan kalau dilihat dari kelegitan dagingnya, buat saya ini yang paling legit," ungkap Chef Ragil kepada Detikfood.
Chef Ragil menganggap kenikmatan daging sapi Bali mungkin karena cara ternaknya yang cenderung liar. Begitu pula pakan sapi yang masih banyak makanan organik seperti rumput dan makanan yang seharusnya dikonsumsi sapi. Sementara jenis sapi crossbreed makanannya sudah campur aduk yang membuat rasanya kurang enak.
"Yang saya tahu sih, sapi Bali ini harus liar. Jadi untuk ternaknya pun harus memakai daerah yang besar. Biasanya mereka juga keluar dari Bali untuk ternaknya. Yang sekarang mau dikembangkan itu di daerah Sumba. Itu kan rumputnya bagus sekali," lanjutnya.
|
Ia mengatakan jenis sapi Bali lebih cocok untuk sajian lokal. Seperti dibuat sop buntut dan bacem daging sapi.
"Mungkin kebanyakan orang sering merasakan bedanya kalau daging sapi Bali dibuat sop buntut. Hasil sop buntut memakai sapi lokal dan sapi impor jauh sekali. Istilah kita dalam memasak itu, buntut dari sapi lokal ini ketika dimasak bisa mengembang. Saat dimakan moist, lembab. Rasanya enak, gurih, sedikit berlemak dan makannya terasa lebih meledak di mulut. Kalau sapi impor, dagingnya terasa sekali kering. Walaupun sama-sama pakai kuah," jelasnya.
Tapi olahan barat pun bisa dibuat dari sapi Bali. Contohnya menu daging bakar seperti steak.
"Misalnya steak pun di sini saya ada menu daging bakar memakai tenderloin sapi Bali. Itu tidak pakai pengempuk juga teksturnya sudah empuk. Begitu dimakan, nggak ngelawan istilahnya. Masih enak dimakan, rasanya masih legit," tutup Chef Ragil.
(odi/adr)
0 Response to "Sapi Bali, Sapi Lokal yang Legit dan Empuk dari Pulau Dewata"
Posting Komentar