Menyebut racikan gudeg legendaris tak bisa meninggalkan Mbah Lindu di Yogyakarta. Sejak zaman penjajahan Jepang atau sekitar tahun 1942, wanita bernama asli Setya Utomo ini sudah berjualan gudeg.
Dulu ia menjajakan gudegnya dengan berjalan kaki dari Klebengan, Sleman hingga ke kawasan Kaliurang. Bahkan Mbah Lindu sempat mengalami transaksi menggunakan mata uang "benggol" dan sen.
Kini Mbah Lindu tidak lagi berjalan kaki untuk menjajakan gudegnya. Ia berjualan di sebuah poskamling di Jalan Sosrowijayan. Tepatnya di depan Hotel Grage Ramayana.
Foto: Detikfood
|
Duduk di atas balai kayu, nenek dari 15 cucu ini dikelilingi baskom lauk. Nampak gudeg, daging ayam, sambal goreng krecek, tahu tempe, dan telur berbumbu sedap.
Mbah Lindu lalu meracik pesanan pengunjung dengan menaruh lauk-lauk tersebut ke pincuk daun pisang berisi nasi putih hangat. Ada juga pilihan bubur bagi yang tidak ingin nasi.
Setiap hari Mbah Lindu memasak sendiri gudeg beserta lauk pelengkapnya. Ia dibantu salah seorang anak perempuannya memasak dengan kayu bakar usai berjualan di pagi hari. Saat sudah matang, masakan dibiarkan di tungku semalaman agar benar-benar matang meresap.
Setiap hari Mbah Lindu berjualan gudeg mulai pukul 5 pagi. Namun biasanya gudeg sudah habis sebelum jam 10 pagi.
Foto: Detikfood
|
Dibanding gudeg Yogya kebanyakan, gudeg buatan Mbah Lindu cenderung sedikit lembap dengan cita rasa gurih enak dan tidak terlampau manis.
Sambal goreng keeceknya pedas berwarna oranye. Telurnya juga gempi kenyal karena dimasak lama.
Berkat rasa inilah banyak orang rela antre untuk menikmati gudeg Mbah Lindu. Harga gudegnya berkisar antara Rp 15.000-20.000. Selain dibawa pulang, banyak juga pembeli yang duduk bersantap di tempat.
Tak peduli tempatnya sederhana, mereka memanfaatkan waktu untuk ngobrol dengan Mbah Lindu atau sekadar memotret sosok legendaris ini.
Nah, kalau di Yogyakarta sebaiknya sempatkan mampir sarapan di sini. Dijamin kenyang dan puas menyantap gudeg nikmat.
(odi/msa)
0 Response to "Selama 74 Tahun, Mbah Lindu Meracik Gudeg Khas Yogyakarta"
Posting Komentar